Materi
Seni Budaya Kelas XI Akselerasi Semester 1
BATIK
NUSANTARA
30 September 2009 merupakan saat bersejarah bagi
bangsa Indonesia. Kalian tahu kenapa? itulah saat warisan budaya Indonesia yang
diterima dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda yang
dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Setelah Badan UNESCO menetapkan batik merupakan
kesenian yang berasal dari Indonesia,
baru diresmikanlah hari batik oleh presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Oktober
2009.
Setelah UNESCO menetapkan
batik merupakan kesenian yang berasal dari Indonesia, maka langkah-langkah
selanjutnya yang tak kalah penting yaitu perlunya upaya-upaya serius dari
pemerintah dan masyarakat untuk terus melestarikan budaya. Sebagai generasi
penerus bangsa, mari kita lestarikan batik sebagai suatu tindakan cinta
terhadap Indonesia. Untuk lebih
meningkatkan kecintaan kita terhadap batik, mari kita pelajari batik lebih
mendalam pada bab ini.
A.
Pengertian Batik
Secara umum
batik adalah lukisan atau gambar pada kain (mori) yang dibuat dengan
menggunakan alat yang berupa canting, serta dengan teknik tutup celup. Kata
batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis sedangkan “tik” yang berarti menitik atau menetes.
Secara mudah kemudian diartikan melukis dengan (menitik) lilin.
B. Sejarah Batik
Para ahli masih belum dapat
menyimpulkan secara pasti sejarah dan asal-muasal batik. Jika ditelusuri 1.500
tahun lalu, terdapat teknik merintangkan warna (dye resistance) seperti
batik yang ditemukan di Mesir dan Timur
Tengah. Hal yang sama juga ditemukan di Turki, India, China, Jepang, dan Afrika
Barat. Walaupun berbagai Negara memiliki teknik merintang warna seperti batik,
namun tidak dari semua negara itu yang mengembangkan batik sebagai seni yang
sangat dikembangkan dan dipakai
sehari-hari seperti di Jawa. Asal muasal
masuknya batik di Indonesia belum diketahui secara pasti. Keragaman motif batik tidak lebih dari proses
akulturasi atau percampuran budaya. Ada beberapa kemungkinan motif batik yang
mendapat pengaruh dari budaya luar negeri, antara lain :
a.
India,
Terdapat persamaan motif ceplok (kuncup
bunga yang sedang mekar) di India.
b.
Perancis
atau Belanda
Ragam hias
buketan berasal dari bahasa Perancis dan Belanda “bouquet” atau motif
rangkaian bunga.
c.
Jepang
Batik Hokokai atau batik pagi sore adalah
jenis batik yang mendapat pengaruh dari Jepang. Batik ini disebut batik pagi sore, karena terdapat dua
sisi motif batik yang berbeda. Penggunaannya, pada pagi hari digunakan sisi
pertama, dan sore harinya menggunakan sisi yang lain. Hal ini dikarenakan oleh
sulitnya memperoleh atau memproduksi batik, sehingga para pengrajin batik
menghemat kain batik dengan menerapkan teknik dua sisi motif batik. Ciri khas
batik ini adalah motifnya saling tumpuk dengan berbagai macam warna dan
terdapat dua sisi motif dalam satu kain batik.
d.
China
Pengaruh
China pada kain batik sangat tampak pada warna-warnanya yang banyak menggunakan
warna merah dan orange, motif kupu-kupu yang melambangkan cinta kasih, burung
hong (merak) yang melambangkan kemewahan, keanggunan dan kecantikan.
e.
Arab
Pengaruh arab juga turut mewarnai motif
batik Nusantara, misalnya pada batik indramayu dan batik Jambi yang mendapat
pengaruh dari motif surat (ayat-ayat suci Al-Qur’an), “sawat riwe” dan “singa
parsi”. Singa parsi merupakan motif yang menggambarkan pedang “Dzul fiqar”.
Menurut sejarah, pedang ini adalah
pemberian nabi besar Muhammad SAW kepada menantunya Ali Bin Abi Thalib.
Perkembangan
batik pada awalnya sangat pesat di pulau Jawa, terutama Jawa Tengah. Pembatikan
yang berjalan sangat pesat itu berjalan di daerah Solo dan Yogyakarta. Namun
pada akhirnya perkembangan batik juga merambah ke daerah pesisir seperti,
Indramayu, Pekalongan, Demak, Lasem, Cirebon, Tuban dan Madura.
Dalam perkembangannya, batik Solo dan Yogyakarta sangat mempengaruhi
batik daerah pesisir, namun rakyat daerah pesisir tidak terpaku dengan
pakem-pakem batik Solo dan Yogyakarta yang merupakan daerah kekuasaan keraton.
Fenomena ini memberikan kebebasan rakyat untuk bebas memproduksi batik sesuai
dengan corak daerah masing-masing. Daerah pesisir merupakan daerah transit
perdagangan yang sering disinggahi kapal milik pedagang asing. Masuknya
barang-barang dari luar negeri seperti keramik China, kain cinde dari India
barat (Gujarat) dan lainnya sedikit banyak memberikan pengaruh kesenian daerah
setempat, terutama daerah pesisir. Dari sinilah lahir karya- karya baru dengan
keunikan, keindahan dan ciri khas tersendiri.
C. Ragam
Hias Batik
Ragam hias
dalam seni rupa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi
simbolis. Ragam hias sangat erat hubungannya dengan pola hias dan motif hias.
Kita sudah mem- pelajari tentang motif dasar ragam hias Indonesia pada bab 1,
sebagian besar ragam hias Indonesia diaplikasikan pada batik. Ragam hias batik
dibagi menjadi tiga, yaitu: ragam hias geometris, non geometris, dan benda
mati. Untuk lebih memahami batik, mari kita pelajari ragam hias apa saja yang
ada dalam batik.
Ragam Hias
Geometris Antara lain meliputi: pilin ganda,
tumpal, meander, swastika, kawung, nitik, udan liris, ceplok, dan tambal
miring.
a.
Ragam Hias Non Geometris
Antara
lain meliputi: manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
b.
Ragam Hias Benda Mati
Antara lain
meliputi unsur-unsur alam seperti: api, air, batu, gunung, kayu, awan, matahari
dan lain-lain. Kemudian dalam perkembangannya juga terdapat motif rumah, candi,
dan lain sebagainya.
D. Teknik
Batik Nusantara
Batik
dikenal dengan motif-motifnya yang sangat beragam dengan karakter dan corak
yang beragam pula. Ditinjau dari tekniknya, sebenarnya teknik membatik
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Batik tulis (Hand drawn batik)
b. Batik cap (Stamped batik)
Namun dalam perkembangannya, terdapat alternatif atau terobosan
baru dalam berkarya batik. Diantaranya adalah:
a. Batik Ikat, celup, atau jumput (Wrap and dye batik)
b. Batik lukis (painting batik)
c. Batik cetak (printing batik)
Alternatif teknik batik ini tidak dapat lagi dapat disebut batik karena tidak melalui proses membatik (sesuai dengan pengertian aslinya bahwa batik adalah gambar atau lukisan pada kain (mori) yang dibuat dengan menggunakan alat canting, serta dengan teknik tutup celup), Jadi, alternatif dalam membatik tidak lagi disebut batik, tapi kain bermotif batik.
E. Prosedur Membatik
a. Batik tulis (Hand drawn batik)
b. Batik cap (Stamped batik)
Namun dalam perkembangannya, terdapat alternatif atau terobosan
baru dalam berkarya batik. Diantaranya adalah:
a. Batik Ikat, celup, atau jumput (Wrap and dye batik)
b. Batik lukis (painting batik)
c. Batik cetak (printing batik)
Alternatif teknik batik ini tidak dapat lagi dapat disebut batik karena tidak melalui proses membatik (sesuai dengan pengertian aslinya bahwa batik adalah gambar atau lukisan pada kain (mori) yang dibuat dengan menggunakan alat canting, serta dengan teknik tutup celup), Jadi, alternatif dalam membatik tidak lagi disebut batik, tapi kain bermotif batik.
E. Prosedur Membatik
a. Bahan
1) Kain (mori, blaco, primisima, berkulin, biru, dan kain sutera)
2) Malam atau lilin
Berdasarkan jenisnya, lilin atau malam dibagi menjadi:
a) Malam tawon (lebah), ialah malam yang berasal dari sarang lebah (tolo tawon). Tolo tawon dipisahkan dari telur lebah dengan cara merebusnya
b) Malam Klenceng adalah malam dari sarang lebah klenceng dan didapat dengan cara merebusnya
c) Malam putih berasal dari minyak latung buatan pabrik
d) Malam kuning berasal dari minyak latung buatan pabrik
e) Malam hitam/songkel berasal dari minyak latung buatan pabrik.
Berdasarkan variasi campuran bahan dasar serta pemanfaatannya dalam proses membatik terdapat beberapa macam, antara lain:
a) Malam tembokan, digunakan untuk menutup penuh atau ngeblok. Malam ini berwarna coklat kehitaman dengan daya rekat yang sangat kuat.
b) Malam klowong, digunakan untuk nglowongi, garis atau outline. Malam ini berwarna coklat kekuningan.
c) Malam biron, digunakan untuk memberi warna biru.
d) Malam cap, digunakan untuk batik cap.
3)
Pewarna
a) Pewarna Alami, diperoleh dari warna alami dedaunan, kayu,akar-akaran dan biji-bijian dengan cara merendamnya.
b) Pewarna Sintetis atau zat warna buatan adalah zat warna yang dibuat secara kimiawi oleh pabrik. Zat warna batik memiliki karakter yang mana apabila dipakai dalam keadaan dingin atau panas tidak sampai melelehkan malam atau lilin Zat warna sintetis diantaranya, indigo, indigosol, naphtol, rapid, cat basis dan cat belerang.
b. Alat
1) Canting adalah alat untuk membatik yang berfungsi menampung lilin yang akan digunakan untuk menulis (melukis cairan lilin).
Canting memiliki bagian-bagian, antara lain :
a. Gagang terong atau tangkai canting
b. Nyamplungan, yaitu badan canting yang berfungsi untuk
menampung lilin
c. Carat, yaitu pipa yang berfungsi sebagai keluarnya cairan
malam dari nyamplungan.
Menurut banyaknya carat (cucuk) canting dapat dibedakan :
a) Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik titik kecil (Jawa: cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.
b) Canting loron. Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua, berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.
c) Canting telon. Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon di-pergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.
a) Pewarna Alami, diperoleh dari warna alami dedaunan, kayu,akar-akaran dan biji-bijian dengan cara merendamnya.
b) Pewarna Sintetis atau zat warna buatan adalah zat warna yang dibuat secara kimiawi oleh pabrik. Zat warna batik memiliki karakter yang mana apabila dipakai dalam keadaan dingin atau panas tidak sampai melelehkan malam atau lilin Zat warna sintetis diantaranya, indigo, indigosol, naphtol, rapid, cat basis dan cat belerang.
b. Alat
1) Canting adalah alat untuk membatik yang berfungsi menampung lilin yang akan digunakan untuk menulis (melukis cairan lilin).
Canting memiliki bagian-bagian, antara lain :
a. Gagang terong atau tangkai canting
b. Nyamplungan, yaitu badan canting yang berfungsi untuk
menampung lilin
c. Carat, yaitu pipa yang berfungsi sebagai keluarnya cairan
malam dari nyamplungan.
Menurut banyaknya carat (cucuk) canting dapat dibedakan :
a) Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik titik kecil (Jawa: cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk membuat garis-garis kecil.
b) Canting loron. Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua, berjajar atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap.
c) Canting telon. Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga susunan bentuk segi tiga. Kalau canting telon di-pergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.
Menurut fungsinya, canting dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Canting reng-rengan dipergunakan untuk membatik Reng-
rengan. Reng-rengan (ngengrengan) ialah batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum dikerjakan lebih lanjut. Batikan hasil mencontoh pola batik kerangka ataupun bersama isi disebut Polan.
b) Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk mengisi pola. Canting isen bercucuk kecil baik, tunggal maupun rangkap.
Sedangkan
menurut ukurannya, canting dibagi menjadi tiga :
a) Canting carat (cucuk) kecil
b) Canting carat (cucuk) sedang
c) Canting carat (cucuk) besar
2) Wajan, untuk tempat memanaskan lilin
3) Anglo atau perapian
4) Gawangan adalah alat untuk membentangkan kain batik
5) Cawang adalah alat untuk menjepit kain batik yang dibentang- kan. Berbahan bambu atau bisa pula memakai bandul dari timah, kayu maupun batu untuk menahan kain mori yang akan dibatik agar tidak bergeser.
6) Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari zat pewarna batik
7) Dandang besar, berguna sebagai tempat pelarutan malam atau lilin yang melekat. Juga berguna sebagai tempat merendam dan mendidihkan air yang diberi larutan soda abu.
8) Setrika, untuk melelehkan dan membersihkan kain dari lilin
9) Kuas (untuk batik lukis)
10) Cap (untuk batik cap)
a) Canting carat (cucuk) kecil
b) Canting carat (cucuk) sedang
c) Canting carat (cucuk) besar
2) Wajan, untuk tempat memanaskan lilin
3) Anglo atau perapian
4) Gawangan adalah alat untuk membentangkan kain batik
5) Cawang adalah alat untuk menjepit kain batik yang dibentang- kan. Berbahan bambu atau bisa pula memakai bandul dari timah, kayu maupun batu untuk menahan kain mori yang akan dibatik agar tidak bergeser.
6) Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari zat pewarna batik
7) Dandang besar, berguna sebagai tempat pelarutan malam atau lilin yang melekat. Juga berguna sebagai tempat merendam dan mendidihkan air yang diberi larutan soda abu.
8) Setrika, untuk melelehkan dan membersihkan kain dari lilin
9) Kuas (untuk batik lukis)
10) Cap (untuk batik cap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar